Hari Pahlawan

Melihatmu dalam potret sejarah.

Darah adalah semangat.

Ikhlas adalah kunci perjuangan.

Repubilk telah diproklamasikan.

Kaca- kaca peristiwa seharusnya menjadikan dewasa

Meskipun perayaan sudah menjadi adat di nusantara ini.

Revolusi telah dilipat dan disembunyaikan didalam BH.

Derit lonceng adalah nyanyian air mata

Mengintip malu dari pintu yang sedikit terbuka,

Sedikit Merdeka.

Masih adakah pahlawan?

Dilangit yang diam.

Maaf

Hari ini adalah hari dimana aku mencabut hujaman panahku
Yang beberapa waktu lalu aku hujamkan tepat dirima hatimu
Subuh tadi kulihat wajahnmu bersimbah darah.
Hujan begitu rusuh, guruh bersama ledakan- ledakan petirnya.
November yang lusuh datang kepadaku
Tubuh kecilku pun terperkosa emosi dan amarah
Maaf, ku telah hancurkan gumpalan cahaya warna- warni itu
Airmataku berkilau dibatas mimpi buruk
Aku ingin bercinta lagi di ranjang hujan bersamamu
Melahirkan cerita di sela- sela sajakmu
Aku tak mampu bersolek di depan realitas
Mencoba tertawa tapi hanya air mata
Bungkuslah jasadku yang membusuk dengan senyum baru.

malam di bawah lampu 5W

Gerimis hujan malam ini adalah latar yang memperindah hati gundah ini. Aku harus memuali dengan nyanian ala rock n rool, walau suaraku teramat fals. Bising kereta tak menghentikan niatku untuk bernyanyi bersama gitaris handal ala korea ini. Sedikit memecah malam dengan memandang kota kala malam, mungkin akan sedikit mempercantik suasana. Tapi rintihan hujan seakan tak relakan langkah ku.  “Marilah kita nikmati malam ini” ceplos temanku dengan gaya alaynya. Menikmati malam yang ku fahami bukanlah untuk belajar, atau berdiskusi. Tetapi dengan obrolan ringan. Baiklah, ku mulai pembicaraan dengan bahasa yang ringan. Walaupun tak tahu apa tema malam ini.

Seribu satu rasa dijiwa, apakah malam ini kita akan curhat lagi. Sudah terlalu banyak ludah yang terbuang untuk berkisah. Mencoba meneropong masa depan yang abstrak, bukanlah hal yang menarik untuk dibahas malam dingin ini. Perkuliahan yang semakin hari semakin menggantung pun tak elok untuk diulas. Aku rasa perjalanan hidup adalah hal asik untuk ditarik malam ini. Berteman lampu 5W yang terbungkus koran karena menghindari silau cahaya lampu, ku mulai dengan nyanyian “Perjalanan hidup yang penuh dengan liku- liku adalah warana dalam hidup”. Bercerita perjalanan hidup seolah kembali hidup di masa lalu. Sedikit tragis memang, tapi itulah cerita masa lalu yang coba ku bagikan. Kisah dari seorang anak yang tak pernah mendapatkan pengakuan eksistensi dari ligkungan. Membosankan bagi yang mendengar, tetapi begitu asik bagi yang berceloteh. Waktu pun berpacu seperti derap nafas kuda. Pembicaran semakin meluas tak berujung. Beberapa tema coba untuk diangakat untuk memperhangat suasana pekat, kepulan asap rokok bagai crobong asap pabrik yang tak berhenti menghiasi suasana.

Begitu banyak yang keluar samapi tak mampu ku ingat satu persatu. Sangat banyak. Aku tak akan menulis apa yang kita bicarakan malam ini kawan. Aku hanya ingin berucap dan menyampaikan terima kasih untuk kopi dan rokok yang kalian padu dengan saran dan kesetiaan seorang sahabat. Dalam memar luka dan emosi, kalian coba balut dengan secarik senyum ikhlas di bibir dan candaan ringan. Terima kasih untuk sahabat- sahabatku.

Thank you ; tajib and fariz