Konsep Syukur

Adanya permasalahan yang menjerat manusia adalah bukti bahwa manusia tersebut sedang hidup. Bila ada yang mengatakan seseorang itu tidak mempunyai atau memilki masalah berarti manusia tersebut sedang tidur, ataupun sudah mati. Karena hidup manusia penuh dengan polemik, maka rasa syukur  dan sabar adalah konsep yang harus melekat dalam setiap jiwa manusia. Allah pun menjelaskan pentingnya rasa syukur bagi ummatnya:

      وإذ تأذّن ربّكم لئِن شكرتم لأزيد نكم , و لئِن كفرتم إنّ عذابي لشديد….

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(Q.S. Ibrahim: 7).

Syukur atau dalam bahasa aslinya “شكر” memiliki arti berterimaksih atau bersifat pujian secara global. Dalam bahasa Indonesia syukur diartikan rasa terima kasih kepada Allah. Dan dalam konsep Islam rasa syukur diungkapkan dengan mengucapkan kalimat “الهمدلله”  yang artinya “Segala Puji bagi Allah”. Dalam definisi bebas syukur adalah tindak balas yang baik, baik melalui perkataan atau perbuatan yang membebaskan diri kita dari buruk sangka terhadap Allah. Karena pemahaman kita terhadap Tuhan yang tidak sempurna sehingga kita melakukan protes kepada Tuhan atas yang kita terima yang tidak sesuai dengan keinginkan kita.  Jika sikap itu sudah muncul maka akan berujung pada rasa sombong, dan muncul rasa menolak atau boikot. Kita ketahui bahwa kesombongan, menolak perintah Allah, dan durhaka terhadap Allah adalah sifat dan perbuatan  Setan, yang merupakan pangkal dosa yang teramat besar.

Skiap bersyukur yang kita tujukan kepada Allah, atas begitu banyaknya kebaikan yang diberikan kepada kita adalah hal yang seharusnya dan sewajibnya dialkukan. Dengan bersyukur kepada Allah sesungguhnya kita telah bersyukur terhadap diri kita sendiri. Beratnya permasalahan yang mengimpit tidak lepas dari campur tangan Allah untuk menguji seberapa dalam iman dan syukur umatnya.

      إنّا خلقنا الإنسن من نّطفةٍ  أمشاجٍ نّبتليه  فجعلنه سميعابصيرا…..   

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (bercampur antara benih lelaki dengan perempuan), yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.(Q.S. Al- Insan:2)

Dengan Syukur kita akan lebih menghargai diri kita dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Allah sama sekali tidak membutuhkan syukur kita, tetapi syukur tersebut adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Masih banyak permasalahan yang menghimpit, Allah tidak akan menguji umatnya melampaui batas kemampuan umatnya. Dan terkadang kita sendiri yang menjadikan maslah menjadi berat, dan beban. Kita sering beranggapan bahwa masalah kita teramat berat, padahal masih banyak yang sedang diuji dengan ujian yang lebih berat. Tetapi Karena kurangnya sikap syukur maka dia akan memprotes, mempertanyakan apa- apa saja kebaikan yang telah diperbuat. Dan bahkan ada yang sampai mengundurkan diri dari tugas sebagai khalifah dibumi (bunuh diri). Sifat, sikap, dan perbuatan yang sangat dibenci Allah. Dengan sikap syukurlah kita mengerti akan makna dibalik sekenario tersebut, pasti ada hikmah dalam setiap permasalahan yang menghimpit. Tidak mungkin tidak, tergantung bagaimana manusia itu mau membaca dan perfikir tentang kebesaran Allah. Dan semoga kita tergolong orang- orang yang bersyukur dan ditambahkan nikmat seperti yang dijanjikan Allah. Amin..